Siapa Untung di Balik Imbauan Pakai Pertamax

VIVAnews - Wakil Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat Effendi MS Simbolon mempertanyakan siapa yang untung di balik imbauan penggunaan Pertamax dari pemerintah. Sebab, menurut dia, konsumen belum tentu diuntungkan dari kebijakan ini.
Akhir-akhir ini pemerintah gencar memasang iklan dan spanduk ajakan tak lagi menggunakan Premium, melainkan Pertamax, bahan bakar yang tak bersubsidi. "Lalu siapa yang diuntungkan?" kata Effendi dalam perboncangan dengan VIVAnews.com, Kamis 19 Mei 2011.
Dia mengatakan, yang diuntungkan dari kebijakan ini antara lain Pertamina. Namun, termasuk juga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) asing. "Kalau Pertamina saja masih bagus, uangnya masuk kas negara. Kalau SPBU Asing?" katanya.
Menurut Effendi, pemerintah seharusnya tidak melakukan kebijakan ini. Sebab, kewajiban pemerintah adalah mengelola energi, termasuk menyediakan bahan bakar. Bila sudah terlalu berat menahan beban subsidi, pemerintah bisa menaikkan harga. "Tapi apa mau pemerintah didemo," katanya.
Meskipun kualitas Pertamax lebih bagus dibandingkan dengan Premium, masyarakat akan tetap berpatokan pada harga. Saat ini, selisih harga Premium dan Pertamax cukup signifikan, dua kali lipat lebih. Harga Pertamax di Jakarta Rp9.250 per liter, sedangkan harga premium hanya Rp4.500.
"Bagi orang kaya, tak perlu disuruh pun akan tetap pakai Pertamax, tapi kalau orang miskin ini sangat membebani."
Sementara itu, Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina mengatakan, imbauan itu justru untuk kebaikan konsumen. Pertamax yang beroktan 92 akan lebih baik pada mesin dibandingkan Premium yang hanya beroktan 88.
"Selain itu, negara juga diuntungkan karena Pertamax tak lagi disubsidi," kata dia kepada VIVAnews.com.
Harun juga tak menampik bila dengan imbauan ini konsumsi Pertamax menjadi lebih banyak. "Kalau Pertamina untung, kan uangnya lari ke negara," katanya.