BI: Inflasi Berpotensi Meningkat

VIVAnews - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan selama April 2011 terjadi deflasi 0,31 persen. Deflasi di antaranya disumbang kelompok bahan makanan.
Namun, Bank Indonesia memperkirakan inflasi meningkat pada kuartal III dan IV tahun ini. Indikasi peningkatan inflasi di antaranya karena permintaan yang cukup tinggi di sektor perumahan serta kenaikan upah.
"Sebetulnya tekanan inflasi tinggi tergantung bagaimana administered price-nya," kata Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 6 Mei 2011.
Administered price adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur oleh pemerintah.
Dia menjelaskan, selain dipengaruhi faktor permintaan perumahan dan kenaikan upah, inflasi inti diperkirakan dikontribusi dari peningkatan harga emas serta perhiasan. Selain itu, ada dampak lanjutan dari gejolak harga pangan (volatile foods). "Jadi, ini menggambarkan tekanan inflasi pada kuartal III dan IV akan meningkat," katanya.
Saat ditanya apakah faktor-faktor tersebut akan berpengaruh pada penetapan suku bunga, menurut Darmin, tekanan inflasi yang terjadi belum cukup tinggi.
Darmin menjelaskan, penanganan kondisi yang terjadi saat ini bergantung dari bagaimana cara pemerintah menahan inflasi tetap pada batas wajar. "Semuanya tergantung pada keberhasilan menahan stok beras. Kami tidak kehilangan optimisme, tapi hanya mengingatkan," ujarnya.
Berdasarkan data BPS, dengan terjadinya deflasi selama April, maka inflasi tahun kalender atau Januari-April mencapai 0,39 persen dan inflasi year on year (yoy) 6,16 persen. Sementara itu, inflasi inti April tercatat 0,25 persen, dengan inflasi inti yoy sebesar 4,62 persen.