Toyota Kurangi Produksi Hingga Akhir 2011
VIVAnews - Bencana gempa dan tsunami di Jepang mengakibatkan terganggunya sistem ekonomi di seluruh dunia. Secara serentak beberapa Industri otomotif di Jepang terganggu termasuk perusahaan Toyota.
Seperti dilansir dari The New York Times, Sabtu 23 April 2011, Presiden Toyota, Akio Toyoda, mengatakan tidak memproduksi penuh sampai akhir tahun. Batas waktu sampai kapan itu belum ditentukan secara keseluruhan oleh perusahaan mobil Jepang, karena gempa dan tsunami bulan lalu mengakibatkan pemasokan supply menjadi terganggu.
Meskipun saat terjadinya gempa dan tsunami, 17 pabrik Toyota lolos tanpa cedera sedikitpun. Namun setengah dari penghasil pabrik terdapat di Jepang dan 40 persennya berada di luar negeri. Artinya sebagai pemasok penting, Jepang harus berjuang dan harus kembali beroperasi.
Pada hari Selasa yang lalu, pihak Toyota mengatakan akan mengurangi produksi di pabrik perusahaan Amerika Utara sebesar 75 persen dalam enam minggu ke depan untuk menghemat pasokan suku cadang yang dibuat di Jepang. Tidak hanya Toyota saja yang mengurangi volume produksinya Mobil Nissan dan Honda juga mengurangi volume produksi dari normalnya di Jepang.
Saat briefing, Akio Toyoda mengatakan bahwa akan meningkatkan produksi secara bertahap di Jepang, dimulai pada bulan Juli sebagai awalan yang lebih baik sesuai dengan garis yang ditentukan. "Lalu untuk sebulan kemudian, bulan Agustus Toyota akan meningkatkan produksi di pabrik luar negeri " kata Toyoda.
"Produksi dalam negeri dan luar negeri akan kembali seperti semula di semua lini pabrik dan semua model kendaraan pada bulan November atau Desember."
"Dalam musibah yang belum pernah terjadi ini mengakibatkan kerusakan yang begitu luas bahkan bukan hanya itu saja dampak ekonomi dan di setiap industri sangat dirasakan di seluruh Jepang," katanya. Toyoda juga menambahkan bahwa ia telah mengirimkan karyawan untuk membantu memulihkan dibeberapa bagian yang vital.
Gangguan yang hampir sama dan menyakitkan untuk Tokyo saat krisis ekonomi global. Toyota mencoba mengurangi efeknya mulai keterlambatan dalam penjualan serta penanganan yang lambat. Sisi negatif yang didapat produksi juga berkurang sehingga Toyota pada pembuatannya hampir setengah dari mobil di Jepang sehingga mengurangi persediaan suku cadangan minimum dan berakibat gangguan yang buruk.
Perkiraan yang dihadapi kekurangan sekitar 150 bagian-bagian kritis, turun dari sekitar 500 setelah gempa 11 Maret 2011. Atsushi Niimi, Wakil Presiden Eksekutif Produksi mengatakan bahwa Toyota telah beralih pemasok dalam beberapa kasus untuk mempercepat pemulihan. Niimi mengatakan bagi Toyota mobil yang diproduksi di Luar Negeri masih mengandalkan Jepang dan ini sangat berat.
"Kita perlu untuk mendapatkan bagian yang lebih di luar negeri, dan kami juga mendesak para pemasok untuk membuat foray lebih ke luar Jepang" kata Niimi. Dia juga menambahkan akan diversifikasi basis pemasok untuk membuat rantai pasokan yang lebih tangguh. "Hal seperti ini yang kita tidak mau pikirkan tapi kita tidak dapat menghindari jika kita terus berbisnis di negara yang rawan gempa," tambah Niimi.
Permasalahan lain adalah kekurangan energi karena dampak meledaknya PLTN Daiichi Fukushima serta kerusakan pembangkit listrik di wilayah ini. "Kemarin baru saja gempa susulan, untuk pemulihan yang cepat kita bisa lihat nanti karena masa depan mustahil untuk diprediksi," katanya
Untuk menghindari jatuhnya power supply, pemerintah Jepang telah menginstruksikan agar semua perusahaan untuk mengurangi penggunaan energi sebanyak 25 persen. Namun upaya untuk meningkatkan pembangkit listrik di pabrik di luar zona terparah, serta mengajak masyarakat untuk menghemat energi. Mr Niimi mengatakan bahwa Toyota akan membahas langkah-langkah hemat energi seperti menutup lini produksi selama seminggu dan pada akhir pekan mereka berproduksi karena saat itu juga listrik lebih banyak tersedia.
Toyoda menambahkan perusahaan akan berkomitmen untuk menjaga produksi dan pekerjaan di Jepang. "Di atas semuanya ini karena kita mencintai Jepang, ketika menghadapi krisis nasional, setiap perusahaan harus membantu sesuai dengan bagiannya," katanya.