Pram: Naikkan Harga BBM atau Naikkan Subsidi

VIVAnews - Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung mendesak Pemerintah agar bersikap tegas dan konsisten dalam menentukan kebijakan soal Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Harusnya Pemerintah konsisten dengan apa yang menjadi pilihan," kata Pramono di gedung DPR, Jakarta, Kamis, 10 Maret 2011.
Pram memperkirakan, kenaikan harga minyak dunia sebesar 20 US Dollar yang sempat menembus hingga harga 110 US Dollar per barel, akan berpengaruh terhadap kenaikan harga BBM di Indonesia. Spekulasi ini pun dapat menimbulkan kelangkaan BBM. "Itu jelas tidak gampang bagi pemerintah untuk mengatasi kelangkaan BBM," kata mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan ini.
Kenaikan harga minyak, katanya, akan sejalan dengan kenaikan subsidi, yang masih harus diambil dari anggaran negara. "Karena dengan kenaikan 20 US Dollar per barel itu maka subsidi naik Rp 16 triliun. Dan itu harus dikeluarkan dari kantong pemerintah," jelasnya.
Pram pun mengatakan Pemerintah memiliki dua opsi yang harus segera diambil. Apakah Pemerintah mau menaikkan harga BBM atau menaikkan subsidi BBM. Tiap pilihan dianggap Pram memiliki konsekuensi masing-masing.
"Kalau pilihannya menaikkan susbidi, artinya kan itu mengurangi kemampuan Pemerintah untuk melakukan pembangunan pada sektor-sektor lain. Kalau itu yang menjadi pilihan, ya pemerintah harus bertanggung jawab untuk distribusi dilapangan, ketersediaan bbm," tutur Pramono.
Pemerintah bisa saja menaikkan harga BBM. Itu pilihan logis. "Tapi kalau Pemerintah tidak mau menaikkan (harga BBM), ya subsidinya yang dinaikkan. Itu saja pilihannya," ucap Pram.