Harga Minyak Bisa Tembus US$120 per Barel
VIVAnews - Situasi geopolitik yang terus memanas di Libya dan Iran akhir-akhir ini dimanfaatkan oleh spekulan minyak untuk terus mengerek harga minyak. Jika konflik terus berlanjut maka harga minyak dapat tembus hingga diatas US$120 per barel.
Senior Vice Presiden Direktur Standart Chartered Bank, Fauzi Ichsan menjelaskan Libya dan Iran merupakan dua produsen minyak besar di dunia. Libya pemasok terbesar untuk benua Afrika, sedangkan Iran pemasok terbesar di Timur Tengah.
"Jika kondisi konflik politik di kedua negara tersebut berlanjut dapat mengakibatkan produksi minyak di kedua negara berhenti sehingga harga minyak dapat melonjak," kata Fauzi Ichsan di Jakarta, Senin 21 Februari 2011.
Menurut Fauzi, ini akan menimbulkan efek bola salju terhadap harga minyak. Pertumbuhan ekonomi global saat ini masih relatif rentan, sehingga krisis geopolitik akan berpengaruh terhadap ekonomi dunia.
Saat ini, lanjutnya, harga minyak tidak lagi dikontrol oleh sektor riil lagi melainkan spekulan minyak. Spekulan ini melihat jika kondisi geopolitik di kedua negara ini tidak ada solusi, maka harga minyak dapat menembus hingga di atas US$120 per barel.
"Melihat kondisi ekonomi global, jika ada penyelesaian maka harga minyak diprediksi masih dibawah US$ 100 per barel sesuai fundamental," katanya. (hs)