Harga Emas di Mata 6.000 Investor dan Analis
VIVAnews - Harga emas diperkirakan terus melambung sepanjang tahun ini. Bencana alam di Jepang dan konflik politik yang berkepanjangan di negara-negara Arab menjadi pemicu melonjaknya harga komoditas itu.
Hal ini merupakan kesimpulan dari survei yang dilakukan media bisnis The Street, yang diumumkan pekan ini.
Survei yang melibatkan 6.000 investor dan analis pasar ini menyimpulkan, 47 persen rensponden percaya bahwa harga emas tahun ini akan berakhir pada US$1.500-18.00 per ounce. Survei juga memperlihatkan 23 persen responden percaya bahwa harga emas akan bergerak pada level US$1.200-1500.
Sementara itu, 17 persen responden juga yakin harga emas akan menyentuh kisaran US$1.800-2.000, dan hanya 5 persen responden yang percaya bahwa harga emas akan turun hingga di bawah US$1.000 per ounce.
Sepanjang tahun ini, harga emas sebenarnya cenderung datar. Namun, sejak Februari, harga emas melambung hingga 6 persen, menyentuh rekor baru US$1.445 per ounce.
Harga emas terus melambung menyusul kerusuhan di sejumlah negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. Naiknya angka inflasi di sejumlah negara juga menjadi salah satu pemicu kenaikan harga emas.
Goldman Sachs dalam laporan hariannya mengatakan bahwa harga emas cenderung rally. "Target harga 3 bulan sebesar US$1.480 per ounce," katanya.
Goldman merekomendasikan investor membeli emas jangka panjang pada harga US$1.426,10 per ounce. Goldman yakin harga emas akan mencapai puncaknya pada 2012.
Sementara itu, pada Rabu 23 Maret 2011, pukul 9.37 waktu Singapura atau 8.37 WIB, harga emas melemah 0,3 persen menjadi US$1.423,28 per ounce.
Pada pekan ini logam mulia sempat menyentuh US$1.435,01, harga tertinggi sejak 9 Maret. Sedangkan kontrak emas untuk pengiriman April di New York masih diperdagangkan pada US$1.427,50 per ounce. (art)