Kurangi BBM, Indonesia Bisa Hemat Rp100 T

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Selasa, 22 Februari 2011

Kurangi BBM, Indonesia Bisa Hemat Rp100 T

VIVAnews - Indonesia belum maksimal memanfaatkan energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak yang harganya kian melambung. Potensi penghematan jika memaksimalkan energi alternatif seperti gas, panas bumi, dan batu bara mencapai Rp100 triliun per tahun.

Pengamat energi Institut Teknologi Bandung (ITB), Widjajono Partowidagdo, menilai Indonesia saat ini masih mengandalkan minyak bumi sebagai sumber energi dibandingkan memanfaatkan gas alam, panas bumi, dan batu bara.

"Minyak bumi biayanya paling mahal, jika digunakan untuk transportasi mahalnya dua kali dibandingkan harga gas, jika dialihkan untuk listrik maka hematnya bisa tiga kali. Kita ini seperti orang miskin yang tetap boros," kata Widjajono di sela Musyawarah Nasional Asosiasi Panas Bumi di Jakarta, Selasa 22 Februari 2011.

Menurut Widjajono saat ini Indonesia mengimpor minyak 600 ribu barel per hari. Ketergantungan ini bisa diubah melalui konversi. Penggunaan BBM pada kendaraan bisa diubah dengan gas, dan pembangkit listrik tenaga solar bisa diubah menggunakan panas bumi atau batu bara.

"Panas bumi harganya hanya 9 sen, sedangkan harga BBM 25 sen," katanya. "Bila satu liter BBM menghasilkan 3 kilowatt jam (KWH) listrik, maka 1 KWH harganya  Rp2 ribu."

Widjajono mengatakan, saat ini pola pikir pemerintah justru terbalik,  mengimpor minyak bumi, dan mengekspor gas serta batu bara. Padahal harga minyak bumi lebih mahal dibandingkan dua komoditas energi itu.

Widjajono mengusulkan agar energi yang bernilai jual mahal, seperti minyak diekspor saja. Sedangkan energi yang murah, seperti gas, panas bumi, dan batu bara digunakan untuk pasar domestik. "Indonesia saat ini pengekspor terbesar dunia kedua," katanya.

Menurut Widjajono, keengganan perusahaan gas menjual gas untuk pasar domestik karena harga yang ditetapkan pemerintah masih rendah. Saat ini pemerintah mematok harga gas Rp3.100  liter setara premium, sedangkan harga keekonomian gas Rp3.500.

"Kalau harga gas bagus, pasti pengusaha mau jual ke domestik," katanya. Harga bagus pun, dia melanjutkan, gas masih lebih murah dibandingkan premium, apalagi pertamax.

Related Posts:

Kerja di rumah

Popular Posts