Harga Pangan Melonjak, Jawa Paling Riskan
VIVAnews - Harga pangan dunia terus melambung dalam beberapa bulan terakhir. Ekonom Bank Standard Chartered Fauzi Ichsan menilai, perekonomian masyarakat akan terganggu meski tak separah Afrika. Indonesia, menurut Fauzi, lebih beruntung karena memiliki sejumlah sumber daya alam.
Berdasarkan geografis, masyarakat Sumatera dan Kalimantan merupakan daerah yang tak begitu terkenda dampak kenaikan harga pangan. Sebab, mahalnya pangan dibarengi dengan kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan hasil kebun. "Pendapatan mereka juga naik," katanya, di Jakarta, Senin 21 Februari 2011.
Jawa merupakan daerah yang paling parah terkena dampaknya. Menurut Fauzi, ini karena Jawa bukan penghasil komoditas. Sebagian besar masyarakatnya hidup dari hasil upah. "Daerah ini jauh lebih berat," katanya.
Karena itu, kebijakan pemerintah membantu rakyat miskin melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan langkah yang tepat. Pemberian BLT akan menjaga pendapatan rakyat miskin. Ujungnya, kemampuan daya beli tetap bertahan. "Kebijakan ini nyata membantu rakyat miskin," ujar Fauzi.
Fauzi menambahkan,, pemerintah perlu menjaga kemampuan daya beli agar perekonomian nasional tetap tumbuh. Bahkan, kata Fauzi, kemampuan daya beli masyarakat jauh lebih penting daripada stok pangan itu sendiri. "Bila stok pangan cukup tapi rakyatnya tak bisa beli, ini jauh lebih parah," katanya.
Pemerintah, lanjut Fauzi, bisa mengamankan stok pangan dengan cara mengimpor.