Harga Emas Tahun Ini, Naik atau Turun?

VIVAnews - Harga emas dunia melonjak hingga 400 persen dalam satu dekade terakhir. Rekor kenaikan terjadi pada 2010 dengan lonjakan harga 26 persen. Pada tahun itu, harga emas juga menyentuh harga tertinggi, US$1.432 per ounce.
Jon Nadler analis emas senior di Kitco mengatakan bahwa ada banyak faktor yang menggerakkan harga emas. Pada 2010, salah satu alasan yang paling populer adalah investor membeli emas sebagai lindung nilai terhadap bencana keuangan di Eropa. Saat itu wilayah Uni Eropa seperti Yunani dan Irlandia berada di ambang default atas utang mereka.
"Tanggapan sebagian besar pemerintah adalah mencetak uang. Karena itu, nilai mata uang kertas menurun, sedangkan harga emas tetap naik," kata Nadler seperti dikutip dari TheStreet, Rabu 16 Februari 2011.
Namun, pada 2011 harga emas belum tentu tak sebaik tahun lalu. Sepanjang Januari saja, harga emas telah merosot 6 persen. "Sehingga banyak orang bertanya-tanya apakah gelembung harga emas ini tengah pecah?" katanya.
Logam ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk meningkat pada akhir bulan lalu dengan ketidakstabilan politik di Mesir. Namun, kenyataannya harga emas justru terus terkoreksi.
Naiknya harga pangan, kerusuhan, inflasi, konflik dua Korea, dan isu pengangguran yang tinggi, seharusnya juga bisa menaikkan harga emas. "Namun faktor-faktor ini tidak membuat harga emas naik," ujar Nadler.
Meski banyak sekali faktor pendorong kenaikan harga, Nadler memprediksi harga emas justru akan turun menjadi US$1.150 per ounce pada tahun ini. "Bahkan ada kemungkinan gelembung harga ini pecah membuat harganya bisa turun menjadi US$1.000."
Namun demikian, Goldman Sachs memperkirakan harga emas pada tahun ini masih akan terus naik menjadi US$1.650 per ounce. Sedangkan Morgan Stanley memperkirakan harga pada US$1.512. (hs)