BPS Puji Pertumbuhan Tinggi Ekonomi Indonesia

VIVAnews- Pertumbuhan ekonomi (PDB) 2010 sebesar 6,1 persen merupakan suatu prestasi. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu wajar disertai inflasi yang tinggi, karena keduanya saling mempengaruhi.
"Itu prestasi karena masih ada negara yang pertumbuhannya negatif, namun jangan dibandingkan dengan China dan India," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin, 7 Februari 2011.
Terkait inflasi, Rusman menjelaskan jika pertumbuhan ekonomi tinggi, maka pemerintah harus rela inflasi juga akan tinggi. Dia menjelaskan tidak pernah ada pertumbuhan ekonomi hingga 2 digit, namun inflasi-nya hanya 1 persen. Pertumbuhan ekonomi tinggi berarti permintaan barang dan jasa lebih tinggi. Keduanya saling mempengaruhi.
"Jika sektor supply-nya tidak diimbangi yang terjadi ya inflasi naik," tambahnya.
Rusman menyarankan kepada pemerintah untuk tidak merisaukan terjadinya inflasi yang tinggi, sepanjang mesin pertumbuhan ekonomi masih terus berjalan. Jika pertumbuhan ekonomi sekitar 7 peren, maka inflasi jarang mencapai 7 persen. "Empiriknya selalu begitu," ujarnya.
Seperti diketahui, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 6,1 persen melebihi target asumsi di APBN sebesar 5,8 persen. Khusus kuartal keempat, perekonomian Indonesia tumbuh 6,9 persen.
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada 2010 mencapai Rp2.310,7 triliun, sedangkan pada 2009 dan 2008 masing-masing Rp2.177,7 triliun dan Rp2.082,5 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB 2010 naik Rp819,0 triliun, menjadi Rp6.422,9 triliun.
Selama 2010 semua sektor mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,5 persen. Diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,7 persen; Sektor konstruksi 7,0 persen; Sektor jasa-jasa 6,0 persen; Sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan 5,7 persen; Sektor listrik, gas, dan air bersih 5,3 persen; Sektor industri pengolahan 4,5 persen; Sektor pertambangan dan penggalian 3,5 persen; dan sektor pertanian 2,9 persen. (hs)