Indonesia Ribut Cabai, India Bawang Bombay

VIVAnews - Indonesia saat ini diributkan dengan kenaikan harga komoditas cabai yang memberikan sumbangan inflasi cukup tinggi. Di belahan bumi lain, India juga sedang diterpa isu yang kurang lebih sama. Hanya saja komoditasnya bukan cabai, tetapi bawang Bombay, yang juga berdampak pada inflasi.
"Saya baru dapat laporan kemarin dari orang India yang baru pulang. Katanya di India sekarang sedang ramai soal Onion (bawang Bombay), sama seperti ributnya cabai di Indonesia," kata Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tandjung, usai peluncuran Ec-Think di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa, 11 Januari 2011.
Menurut CT, sapaan Chairul Tandjung, inflasi yang terjadi di Indonesia dan negara-negara lain salah satunya terjadi karena kenaikan harga bahan pangan. Kondisi itu sebagai dampak dari perubahan iklim yang kurang diantisipasi dengan baik.
Kurangnya antisipasi, CT melanjutkan, mengakibatkan munculnya masalah gagal panen serta berkurangnya produksi dari produk bahan makanan di Indonesia dan seluruh dunia. "Demand dan supply terganggu. Akibatnya akan terjadi kenaikan harga dan selanjutnya inflasi," katanya.
CT juga membantah kenaikan inflasi di atas target yang disusun pemerintah berdampak pada penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) beberapa hari lalu. "Kalau kemarin ada koreksi (IHSG), memang sudah seharusnya dan tidak ada kaitannya dengan kebijakan apa pun," katanya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melansir inflasi sepanjang 2010 mencapai 6,96 persen atau jauh di atas target pemerintah sebesar 5,3 persen.
"Khusus untuk 2010, sumbangan terbesar inflasi berasal dari bahan makanan yang mencapai 3,5 persen," kata Kepala BPS Rusman Heriawan, Senin, 3 Januari 2011.
Data BPS menunjukkan, komoditas beras masih menjadi penyumbang inflasi sepanjang Januari-Desember 2010 dengan andil mencapai 1,29 persen. Diikuti tarif listrik 0,36 persen dan cabai merah 0,32 persen.