Alokasi Gas Domestik Naik Jadi 57 Persen
VIVAnews – Kontrak pasokan gas bumi untuk domestik tahun ini mencapai 4.366 miliar british thermal unit per hari (BBTUD), atau 56,78 persen dari total kontrak. Sisanya, sebanyak 3.322 BBTUD atau 43,22 persen akan dijual ke luar negeri.
“Jumlah ini naik cukup signifikan ketimbang tahun lalu,” kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Elan Biantoro, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Senin 10 Januari 2011.
Tahun lalu, realisasi pasokan gas domestik sebanyak 4.343 BBTUD atau sekitar 50,18 persen. Sementara itu, gas untuk ekspor sebanyak 4.311 BBTUD atau 49,82 persen.
Untuk pembangkit listrik, realisasi 2010 sebanyak 854,88 BBTUD. Tahun ini pasokan meningkat menjadi 1.510,6 BBTUD. Meningkatnya pasokan diharapkan berasal dari Lapangan Wortel (Santos), Lapangan Sungai Kenawang (JOB Pertamina Talisman Jambi Merang), Lapangan Kampung Baru (Energy Equity Sengkang), PetroChina Jabung, dan Lapangan Singa (Medco EP).
Sementara itu, realisasi 2010 untuk industri dalam negeri, baik melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) maupun langsung sebanyak 1.203 BBTUD.
Selanjutnya, pada tahun ini meningkat menjadi 1.690 BBTUD. Peningkatan pasokan untuk industri diharapkan berasal dari Kalila Bentu dan JOB Pertamina PetroChina East Java. “BP Migas mendorong pemenuhan kebutuhan gas sesuai komitmen kontrak yang telah disepakati,” kata Elan.
Kebutuhan domestik, khususnya pasokan gas untuk pabrik pupuk, listrik, serta industri, tetap mendapat prioritas.
Namun, dia mengingatkan, salah satu kendala pemenuhan pasokan gas disebabkan konsumen domestik masih kesulitan untuk menerima harga gas di atas US$5 per mile-mile british thermal unit (MMBTU). Padahal, beberapa pengembangan lapangan memerlukan harga gas yang lebih tinggi untuk menutup keekonomiannya, khususnya untuk area offshore dan deep water yang membutuhkan investasi besar.
“Beberapa kontraktor keekonomiannya menjadi sangat rendah, bahkan masih memerlukan insentif dari pemerintah untuk memenuhi keekonomiannya,” katanya.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur masih menjadi salah satu kendala. Karena itu, BP Migas mengharapkan pembangunan unit penampungan regasifikasi terapung atau floating storage regasification unit (FSRU) yang akan dibangun di Teluk Jakarta, selesai tepat waktu pada kuartal keempat 2011. “Beroperasinya terminal penerima gas alam cair (LNG) akan memudahkan distribusi dari area defisit ke surplus gas,” ujar Elan. (art)