Jembatan Selat Sunda Butuh Industri Baja Baru
VIVAnews - Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dipastikan bakal membutuhkan pasokan baja dalam jumlah besar sebagai bahan dasar konstruksi jembatan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan pasokan baja itu diperlukan industri baja baru.
Berdasarkan studi awal PT Bangungraha Sejahtera Mulia, JSS akan terdiri dari lima seksi. Seksi dua dan empat masing-masing berupa jembatan ultra panjang dengan panjang bentang utama 2.200 meter. Seksi satu, tiga dan lima berupa rangkaian jembatan kantilever seimbang (series of balanced cantilever bridges) dengan panjang bentang tipikal masing-masing 200 meter.
Tinggi jembatan untuk tiang tertinggi sepanjang 400 meter. Jembatan itu terdiri dari 108 buah jembatan kecil/kantilever. Semua bahan itu terbuat dari baja.
Untuk memenuhinya, menurut Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung Prabowo, kapasitas produksi baja di Indonesia yang ada saat ini belum mencukupi kebutuhan JSS.
"Kita perlu industri baja baru. Bahkan, pada saat jembatan dibangun, seharusnya pabrik baja baru sudah ada," ujarnya kepada VIVAnews.
Dia mengharapkan pemerintah mengantisipasi hal ini, sehingga pada saat pembangunan kebutuhan itu sudah tersedia.
Karena itu, dia menyambut baik masuknya perusahaan asal Korea, Posco ke Krakatau Steel. "Semoga ini bisa mengantisipasi kebutuhan karena akan menambah kapasitas baja," katanya.
Agung berharap pembangunan jembatan yang akan menjadi ikon Indonesia ini benar-benar berasal dari dalam negeri. Sebisa mungkin pembangunan itu tidak mengimpor bahan baku yang dibutuhkan. Namun jika memang nantinya tidak ada pasokan langkah impor mau tidak mau harus ditempuh.
"Kami ingin kalau nanti jangan sampai impor. Supaya ini nilai tambahnya benar-benar diserap dari sini. Oleh karena itu jembatan ini seharusnya dipikirkan lebih luas, bagaimana pemerintah menyiapkan ini," tambahnya. (hs)