Efek Kaburnya Dana Asing dari RI Takkan Lama
VIVAnews - Selama dua tahun berturut-turut, yakni pada periode 2009-2010, pasar saham dan obligasi Indonesia telah menarik minat investor asing. Kondisi itu di antaranya terlihat dari kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencatatkan pertumbuhan 45,9 persen, atau terbaik di Asia Pasifik.
IHSG bahkan sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah di posisi 3.786,09 pada 9 Desember 2010. Pertumbuhan indeks yang cukup tinggi itu mengalahkan indeks bursa Thailand yang menguat 40,85 persen.
Lalu, bagaimana dengan prospek pasar saham pada 2011?
Hazrina R Dewi, head of equity PT First State Investments Indonesia, optimistis kondisi ekonomi pada 2011 akan membaik. Namun, dia mengingatkan bahwa tahun depan kondisi pasar akan lebih bergejolak.
Hani, sapaan Hazrina, mengatakan, dengan masuknya penanaman modal asing (PMA) akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan penghasilan masyarakat. Situasi itu akan memicu tingkat konsumsi dan pendapatan domestik bruto (PDB) yang diperkirakan tumbuh lebih cepat.
"Namun di satu sisi, risiko keluarnya investor asing yang ingin mengambil keuntungan dari pasar saham dan obligasi akan tetap ada," kata Hani dalam analisisnya mengenai pasar saham 2011 di Jakarta.
Selain itu, dia menambahkan, penurunan lebih lanjut di pasar surat utang Euro dan pengetatan mendadak pada ekonomi China dapat mendorong pasar untuk turun. Namun, Hani meyakinkan bahwa kalaupun pasar bergejolak karena investor asing mengambil keuntungan, efeknya tidak akan lama.
"Kuatnya ekonomi Indonesia pada akhirnya akan membuat investor menyadari bahwa pasar modal di dalam negeri mampu bertahan setelah krisis Asia," tuturnya.
Walaupun tidak memiliki dampak langsung terhadap Indonesia, krisis di Eropa, menurut dia, dapat mempengaruhi pandangan investor asing terhadap risiko.
Untuk itu, guna menghadapi gejolak selama 2011, Hani berharap adanya kenaikan pendapatan dari sektor komoditas. Harga-harga barang komoditas sudah mulai naik dan kontrak-kontrak tahun depan dihargai lebih baik dibanding 2010.
"Meski demikian, sektor-sektor yang berhubungan dengan konsumer masih akan mendominasi pasar," ujarnya.
Dia menilai selama 2010, cadangan mata uang asing Indonesia menumpuk hingga level yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni mendekati US$100 miliar. Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah Indonesia mencapai Rp191 triliun, lebih dari dua kali lipat dibandingkan awal tahun 2010.
Belum lagi, PMA akan masuk dan memberikan suntikan dana yang signifikan besarnya bagi perekonomian Indonesia. LG, Panasonic, Honda Motor, dan bahkan Mercedes Benz telah mengumumkan rencana ekspansi mereka di Indonesia.
"Dengan masuknya PMA dan adanya pembangunan infrastruktur yang dijanjikan pemerintah, kami yakin ekonomi Indonesia pada 2011 akan mengalami peningkatan," ujar Hani.
Jika sesuai ekspektasi dan pendapatan perusahaan tumbuh sebesar 18 persen tahun depan, price to earning (PE) pasar saat ini sudah di jalurnya. Di saat pertumbuhan pendapatan riil mengalahkan ekspektasi pasar, maka pasar akan melaju dan menyesuaikan dengan tingkat indeks yang baru.
"Kami selalu optimis. Kami melihat beberapa pertumbuhan pasar dalam waktu dekat," kata dia.
Kenaikan rating, dia menambahkan, diharapkan juga terjadi tahun depan atau paling lambat pada 2012. Saat Indonesia berusaha untuk mendapatkan investment grade, lebih banyak lagi dana diharapkan masuk di pasar modal.
Dengan adanya pencatatan beberapa perusahaan baru di bursa saham, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada kapitalisasi pasar. Pasar yang lebih likuid dan efisien adalah kunci dari pasar modal yang sehat.
"Kami mengharapkan pasar saham yang tidak hanya tumbuh, namun juga berkembang dan lebih transparan," ujarnya.
Tak Khawatir
Sementara itu, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Fuad Rahmany, menyatakan tidak khawatir terhadap kemungkinan pembalikan arus modal asing pada 2011.
Menurut Fuad, kepemilikan asing pada saham di Bursa Efek Indonesia sudah turun hingga 10 persen pada 2010. "Transaksi didominasi oleh investor domestik," kata dia.
Nilai bersih transaksi saham yang dilakukan investor asing juga hanya sebesar Rp26,74 triliun. "Nilainya lebih kecil dibandingkan kepemilikan asing di Surat Utang Negara. Angkanya tidak terlalu mengkhawatirkan," ujar Fuad.
Fuad pun membandingkan kepemilikan asing sebelum krisis 2007 yang mencapai Rp30-32 triliun.
Sepanjang 2010, dana yang mengalir ke pasar modal sebesar Rp118 triliun. Dana masuk melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Rp29,67 triliun, rights issue Rp48,16 triliun, dan waran Rp1,52 triliun serta sisanya berupa obligasi Rp34,7 triliun.
Bursa saat ini juga melakukan diversifikasi investor. Selama ini, investor di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh pemodal asal Singapura, Hong Kong, Eropa, dan Amerika Serikat. (umi)